Dena Muhammad Ramdhan Wajib Ambil Alih Golkar Majalengka, Demi Pilkada 2030

Matamaja Group || Majalengka. Peta politik menuju Pilkada Majalengka 2030 mulai menggeliat, meski kontestasi masih lima tahun ke depan. Dalam lanskap politik lokal yang dinamis, nama Dena Muhammad Ramdhan kini disebut-sebut sebagai figur potensial yang wajib mengambil alih kepemimpinan DPD Golkar Majalengka, baik untuk mendampingi maupun berhadapan langsung dengan Bupati aktif, Eman Suherman, dalam pertarungan politik mendatang.

Hal ini menjadi penting, terlebih di tengah berkembangnya isu bahwa mekanisme pemilihan kepala daerah ke depan akan dilakukan secara tertutup melalui DPRD, bukan lagi langsung oleh rakyat. Jika skema ini berlaku, maka kekuatan partai politik di parlemen daerah akan menjadi penentu utama siapa yang akan menjadi kepala daerah. Dalam konteks ini, penguasaan internal partai dan pengaruh di DPRD menjadi kunci kemenangan.

Read More

Figur Muda dengan Modal Politik Kuat

Dena Muhammad Ramdhan dikenal sebagai sosok muda yang memiliki jejaring politik luas dan basis dukungan milenial yang kuat. Ia juga merupakan salah satu tokoh yang sempat digadang-gadang sebagai calon wakil bupati mendampingi Eman Suherman dalam Pilkada 2024, meski akhirnya pasangan tersebut tidak terealisasi.

Meski begitu, nama Dena tetap bertahan dalam perbincangan politik lokal dan bahkan semakin menguat sebagai calon bupati masa depan. Mengambil alih kepemimpinan Golkar Majalengka menjadi langkah strategis yang realistis untuk mengkonsolidasikan kekuatan politik dari dalam, sekaligus menyusun barisan untuk menghadapi kemungkinan pemilihan via DPRD.

Antara Tandem atau Rivalitas

Masih terbuka dua kemungkinan besar dalam peta politik 2030: Dena mendampingi Eman Suherman untuk melanjutkan periode kedua sebagai wakil bupati, atau justru menjadi rival utama Eman dalam pertarungan kursi bupati. Kedua skenario ini akan sangat ditentukan oleh dinamika internal partai, komposisi kursi DPRD hasil Pileg 2029, serta arah kebijakan nasional soal Pilkada langsung atau tidak langsung.

Jika Golkar ingin kembali menjadi kekuatan besar seperti era 2000-an, maka regenerasi kepemimpinan lokal menjadi keharusan, dan Dena menjadi kandidat yang paling realistis saat ini. Apalagi, jika Golkar mampu merebut kembali kepercayaan publik dan menambah kursi di DPRD, peluang menentukan kepala daerah melalui skema tertutup akan semakin besar.

Golkar Harus Segera Bangkit

Sejumlah pengamat menyebut bahwa ketertinggalan Golkar di Majalengka dalam dua periode terakhir harus segera direspons. “Golkar tidak bisa lagi berjalan dengan pola lama. Jika ingin bangkit, maka momentum ini harus dimanfaatkan untuk mengorbitkan sosok baru yang enerjik dan visioner. Dena adalah pilihan tepat,” ujar Aang Lukmawan, pemerhati politik Majalengka

Selain itu, dengan isu Pilkada lewat DPRD semakin menguat, penguasaan internal partai dan kepemimpinan strategis akan menjadi faktor vital. Golkar tidak bisa sekadar menjadi penonton politik lokal, dan pengambilan alih kendali partai oleh figur muda progresif seperti Dena dinilai sebagai langkah penyelamatan jangka panjang.

(Boed)

Related posts